2.03.2013

Pengalaman Kecopetan di Pasar Baru Bandung


By :  Aisha Noor

Jangan bayangkan copet selalu sebagai laki-laki yang tangkas, berbadan tegap, berpenampilan lusuh dsb. Lebih baik anda waspada pada siapapun di dekat anda dengan gerak-gerik mencurigakan. Inilah pelajaran yang saya ambil dari pengalaman kecopetan di Pasar Baru Bandung.

Kejadian naas ini baru-baru saja saya alami. Di siang hari bolong dan keadaan pasar justru sedang tak terlalu ramai. Pasar yang terletak di Jl. Otto Iskandardinata Bandung ini sebenarnya sudah kerap saya kunjungi, tapi baru kali ini mengalami kecopetan.

Siang itu saya sedang memilah-milih kerudung di tempat pedagang pinggir jalan. Sebenarnya, saya sudah berusaha menjaga barang bawaan dengan meletakkan tas di dada. Saat itu ada dua pembeli ibu-ibu yang juga tampak sedang memilih kerudung. Ibu di sebelah kiri saya berkaos kuning dan berkerudung dan ibu di sebelah kanan saya tidak berkerudung. 

Saat itu saya merasa kesulitan mencari kerudung yang berkenan di hati, jadi kerudung yang saya idamkan tidak segera diperoleh. Begitupun ibu di sebelah kiri saya yang sudah ada sebelum saya datang, tampak lama sekali mencari-cari kerudung. Sedangkan, ibu di sebelah kanan saya, tak lama sudah menemukan yang dicari dan membayarnya, lalu pergi.

Sementara, saya masih terus saja mencari-cari di antara tumpukan-tumpukan kerudung itu. Begitupun ibu di sebelah kiri saya. Jauh dalam hati saya sebenarnya agak heran dengan ibu di sebelah kiri saya, karena rasanya dia sering melirik-lirik ke arah saya. Bahkan memepetkan badannya ke saya. Tapi, saya tidak juga segera sadar. Saya pikir, “Mungkin dia juga kesulitan mencari kerudung idamannya.” Sama sekali saya tak berpikiran curiga atau negatif sedikitpun pada sesama perempuan, apalagi berkerudung.

Namun, akhirnya ibu itu pergi tanpa membeli sebuah kerudungpun! Sedangkan saya tak lama kemudian memilih salah satu untuk dibeli. Tapi, ketika saya hendak membuka tas… Masya Allah! Saya baru menyadari tas saya ditutupi banyak kerudung oleh ibu di sebelah kiri saya tadi. Ketika saya singkap, restleting tas saya sudah terbuka….

Astaghfirullah, jantung saya berdegup kencang… dan benar saja! Dompet saya telah raib ! Saya ingin berteriak, “Maling…” tapi pada siapa? Tidak ada orang di sekitar saya. Si Abang pedagang, hanya jatuh kasihan dan kebingungan melihat saya. “Rasanya tadi ga ada laki-laki di sini, Mang…” cetus saya.

“Aduh Neng, di sini mah copetnya perempuan semua, ibu-ibu pake kerudung… ngga ada yang laki-laki,” ujar si pedagang.

Aih, lemaslah saya… Cuma ada ibu-ibu berkerudung baju kuning yang tadi berada lama di sebelah saya. Siapa lagi pencurinya? Tapi, kemana saya hendak mengejar si ibu yang entah berhati apa, merampok sesama perempuan…

Andai saja saya tadi lebih waspada, curiga pada ibu di sebelah kiri saya, tidak lengah… benar-benar menjaga tas saya agar tak terjangkau siapapun… Andai saja saya tadi memindahkan sebagian uang saya di dompet ke tempat lain –kebiasaan yang sudah sering saya lakukan, tapi di hari itu saya lupakan. Andai … andai…. Banyak sekali andai di hati saya…

Andaikan semua orang berhati baik (seperti saya -haa) _tidak akan pernah tega mengambil dompet milik orang lain… Andai waktu bisa diulang. Saya berjanji tidak akan pernah lagi lengah.

Anda punya pengalaman serupa? Please write a comment or share the story here

No comments: