By : Aisha Noor
Jangan bayangkan copet selalu sebagai laki-laki yang
tangkas, berbadan tegap, berpenampilan lusuh dsb. Lebih baik anda waspada pada siapapun
di dekat anda dengan gerak-gerik mencurigakan. Inilah pelajaran yang saya ambil
dari pengalaman kecopetan di Pasar Baru Bandung.
Kejadian naas ini baru-baru saja saya alami. Di siang
hari bolong dan keadaan pasar justru sedang tak terlalu ramai. Pasar yang
terletak di Jl. Otto Iskandardinata Bandung ini sebenarnya sudah kerap saya
kunjungi, tapi baru kali ini mengalami kecopetan.
Siang itu saya sedang memilah-milih kerudung di tempat
pedagang pinggir jalan. Sebenarnya, saya sudah berusaha menjaga barang bawaan
dengan meletakkan tas di dada. Saat itu ada dua pembeli ibu-ibu yang juga
tampak sedang memilih kerudung. Ibu di sebelah kiri saya berkaos kuning dan
berkerudung dan ibu di sebelah kanan saya tidak berkerudung.
Sementara, saya masih terus saja mencari-cari di
antara tumpukan-tumpukan kerudung itu. Begitupun ibu di sebelah kiri saya. Jauh
dalam hati saya sebenarnya agak heran dengan ibu di sebelah kiri saya, karena
rasanya dia sering melirik-lirik ke arah saya. Bahkan memepetkan badannya ke
saya. Tapi, saya tidak juga segera sadar. Saya pikir, “Mungkin dia juga kesulitan
mencari kerudung idamannya.” Sama sekali saya tak berpikiran curiga atau
negatif sedikitpun pada sesama perempuan, apalagi berkerudung.
Namun, akhirnya ibu itu pergi tanpa membeli sebuah
kerudungpun! Sedangkan saya tak lama kemudian memilih salah satu untuk dibeli.
Tapi, ketika saya hendak membuka tas… Masya Allah! Saya baru menyadari tas saya
ditutupi banyak kerudung oleh ibu di sebelah kiri saya tadi. Ketika saya
singkap, restleting tas saya sudah terbuka….
Astaghfirullah, jantung saya berdegup kencang… dan
benar saja! Dompet saya telah raib ! Saya ingin berteriak, “Maling…” tapi pada
siapa? Tidak ada orang di sekitar saya. Si Abang pedagang, hanya jatuh kasihan
dan kebingungan melihat saya. “Rasanya tadi ga ada laki-laki di sini, Mang…”
cetus saya.
“Aduh Neng, di sini mah copetnya perempuan semua,
ibu-ibu pake kerudung… ngga ada yang laki-laki,” ujar si pedagang.
Aih, lemaslah saya… Cuma ada ibu-ibu berkerudung baju
kuning yang tadi berada lama di sebelah saya. Siapa lagi pencurinya? Tapi,
kemana saya hendak mengejar si ibu yang entah berhati apa, merampok sesama
perempuan…
Andai saja saya tadi lebih waspada, curiga pada ibu di
sebelah kiri saya, tidak lengah… benar-benar menjaga tas saya agar tak
terjangkau siapapun… Andai saja saya tadi memindahkan sebagian uang saya di dompet
ke tempat lain –kebiasaan yang sudah sering saya lakukan, tapi di hari itu saya
lupakan. Andai … andai…. Banyak sekali andai di hati saya…
Andaikan semua orang berhati baik (seperti saya -haa)
_tidak akan pernah tega mengambil dompet milik orang lain… Andai waktu bisa
diulang. Saya berjanji tidak akan pernah lagi lengah.
Anda punya pengalaman serupa? Please write a comment or share the story here…
No comments:
Post a Comment